Pada zaman neolitik diperkirakan Indonesia sudah mengenal pertanian. Awalnya masyarakat hidup secara berpindah-pindah (nomaden) namun sekarang ini masyarakat hidup secara menetap. Oleh karena itu, masyarakat dituntut menjadi food producing yang artinya masyarakat harus bisa membuat makanan sendiri untuk bertahan hidup. Bukti bahwa Indonesia sudah bisa bertani dan mencocok tanam dengan baik sebelum penjajah datang ke Indonesia adalah ditandai dengan peraturan-peraturan contingenten dan verplichte.

Tahun 1830, saat Belanda datang ke Indonesia, Belanda mengajari Indonesia menanam tanaman yang laku diekspor ke Eropa seperti kopi, teh, tembakau, nila dan tebu. Dan ini semakin menandakan pertanian Indonesia sudah cukup bagus sehingga sudah bisa di ekspor ke Eropa. Maka tidak heran sebutan negara agraris sudah melekat pada diri Indonesia, bahkan Dr. Brandes seorang ahli Antropologi mengemukakan, kepandaian bersawah termasuk ke dalam 10 besar unsur pokok dalam kehidupan asli masyarakat indonesia.

Namun mengapa Indonesia harus mengimpor beras? Sementara kita berasal dari negara agraris, negara yang seharusnya tidak perlu mengimpor beras. Mengapa demikian? hal ini karena Indonesia merupakan pengonsumsi beras terbesar di dunia dengan konsumsi 154kg per orang per tahun. marilah kita bandingkan dengan China yang hanya 90kg atau Thailand yang hanya sebanyak 100kg. Namun demikian hal itu bukan berarti kita tidak bisa berhenti mengimpor beras, karena Indonesia menduduki posisi ketiga sebagai negara penghasil pangan di dunia, maka kita harus bangga walaupun Indonesia harus menghadapi persoalan yang sama dengan produksi pangan terutama beras.

Saat ini kita selalu tergantung oleh mekanisme pasar yang dikuasai oleh perusahaan raksasa. Ditambah lagi dengan kebijakan-kebijakan pemerintah yang semakin menambah ketergantungan kita akan produksi pangan luar negeri. Dengan gelar sebagai negara pengimpor beras terbesar ketiga di dunia, Indonesia harus bisa membuat variasi-variasi pangan yang baru sebagai pengganti beras yang nantinya akan bisa diterima oleh masyarakat sebagai salah satu pangan alternatif. Semakin Indonesia mengenal pertanian, semakin pula Indonesia mempelajari atau memperdalam tentang pertanian sekaligus menaikkan devisa negara. Contohnya, jika kita mengenal seluk beluk pertanian, secara tidak langsung akan mendorong munculnya ide-ide kreatif seperti penemuan teknologi pertanian yang lebih modern, penemuan pembasmi hama alami yang aman,  kemudian tanah Indonesia juga bisa semakin subur. Akibatnya akan berdampak baik untuk menghasilkan produksi yang bagus dan bernilai jual tinggi.

Jadi, sudah jelas kan kalau dari awal itu Indonesia sudah bagus dari sisi pertaniannya. Hanya saja sekarang harus lebih ditingkatkan agar berdampak positif juga untuk Indonesia. Alasan saya mengatakan, "Better Agriculture, Better Prosperity, Better Indonesia" karena dengan meningkatnya pertanian, Indonesia akan menjadi lebih baik dari berbagai segi mulai dari ekonomi, relasi, teknologi, dan lain lain. Indonesia juga akan menjadi negara yang terbaik karena devisanya yang terus meningkat. Itulah tugas pemerintah dan kita sebagai penerus bangsa ini.

Berikut penjelasan tentang IPB

Leave a Reply

Lucky Clover